Profil Desa Purbadana
Ketahui informasi secara rinci Desa Purbadana mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Purbadana, Kecamatan Kembaran, Banyumas. Mengupas potensi utama sebagai lumbung padi, UMKM pangan lokal, serta data demografi, pemerintahan, dan kehidupan sosial masyarakat agraris yang dinamis.
-
Lumbung Padi Utama
Sebagian besar wilayahnya merupakan lahan sawah produktif, menjadikan desa ini sebagai salah satu pusat produksi padi dan pilar ketahanan pangan di Kecamatan Kembaran.
-
Masyarakat Agraris yang Kuat
Kehidupan sosial dan budaya sangat kental dengan nilai-nilai agraris, seperti gotong royong, kebersamaan, dan ritme hidup yang selaras dengan siklus pertanian.
-
Nama Sarat Filosofi
Nama "Purbadana" memiliki makna "kekayaan warisan leluhur", yang mencerminkan kekayaan utama desa berupa tanah subur dan nilai-nilai tradisi yang diwariskan.
Tersembunyi di antara riuhnya perkembangan kawasan penyangga kota, Desa Purbadana di Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, berdiri tegak sebagai benteng ketahanan pangan dan pusat kearifan agraris. Dengan hamparan sawah yang mendominasi lanskapnya, desa ini mengemban peran vital sebagai salah satu lumbung padi utama di wilayahnya. Lebih dari sekadar desa pertanian, Purbadana adalah sebuah komunitas yang hidup dari harmoni alam, semangat gotong royong warganya dan geliat ekonomi kreatif berbasis hasil bumi yang terus bertumbuh.
Kondisi Geografis dan Demografi
Desa Purbadana terletak di lokasi yang cukup strategis di Kecamatan Kembaran, diapit oleh desa-desa yang memiliki karakteristik beragam. Wilayahnya yang subur membentang seluas 1,28 km² (128 hektar). Sebagian besar dari luas tersebut merupakan lahan sawah irigasi produktif yang menjadi pemandangan utama sekaligus sumber kehidupan bagi mayoritas warganya.
Berdasarkan data dari publikasi "Kecamatan Kembaran Dalam Angka 2022" yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas, jumlah penduduk Desa Purbadana pada tahun 2021 tercatat sebanyak 3.731 jiwa. Komposisi penduduknya relatif seimbang, terdiri dari 1.884 laki-laki dan 1.847 perempuan. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduk Desa Purbadana berada di angka 2.915 jiwa per km². Angka ini menunjukkan kepadatan yang moderat, di mana ruang untuk aktivitas pertanian masih sangat dominan dibandingkan dengan area pemukiman.
Secara administratif, pemerintahan Desa Purbadana terbagi ke dalam 2 Dusun, 4 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Struktur organisasi ini memastikan bahwa pelayanan pemerintah dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara efektif. Adapun batas-batas wilayah Desa Purbadana adalah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraDesa Kramat
- Sebelah BaratDesa Linggasari
- Sebelah SelatanDesa Pliken
- Sebelah TimurDesa Bojongsari
Untuk seluruh keperluan administrasi kependudukan dan surat-menyurat, Desa Purbadana menggunakan kode pos 53182.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Roda pemerintahan Desa Purbadana bergerak di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat. Visi utama pemerintah desa adalah mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan bertumpu pada optimalisasi potensi sektor pertanian. Berbagai kebijakan dan program pembangunan difokuskan untuk mendukung para petani, sebagai profesi mayoritas di desa ini.
Program prioritas meliputi pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi, penyediaan akses terhadap pupuk dan bibit unggul, serta perbaikan jalan usaha tani untuk memperlancar proses produksi dan distribusi hasil panen. Selain itu, pemerintah desa juga aktif dalam memfasilitasi pemberdayaan kelompok wanita tani (KWT) dan kelompok pemuda (Karang Taruna) untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif dan sosial kemasyarakatan. Transparansi anggaran dan perencanaan partisipatif menjadi landasan dalam setiap pengambilan kebijakan, demi membangun kepercayaan dan mendorong partisipasi aktif dari seluruh warga.
Potensi Ekonomi: Pertanian Sebagai Jati Diri, UMKM Sebagai Inovasi
Struktur perekonomian Desa Purbadana sangat khas sebagai desa agraris, di mana pertanian menjadi jati diri dan denyut nadi utama, yang kemudian ditopang oleh inovasi UMKM berbasis hasil bumi.
Lumbung Padi Penyangga Wilayah
Tidak berlebihan jika Desa Purbadana disebut sebagai salah satu lumbung padi penting di Kecamatan Kembaran. Hamparan sawah yang terorganisir dalam sistem subak atau kelompok tani menjadi pemandangan yang mendefinisikan desa ini. Para petani dengan tekun mengolah lahan mereka, menghasilkan gabah dan beras berkualitas yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan warga desa, tetapi juga memasok pasar yang lebih luas di wilayah Banyumas.
Siklus tanam dan panen menjadi ritme kehidupan yang menyatukan masyarakat. Keberhasilan sektor pertanian di Purbadana tidak hanya didukung oleh kondisi alam yang subur, tetapi juga oleh pengetahuan agraris yang diwariskan secara turun-temurun, serta semangat kebersamaan para petaninya. Dalam menghadapi tantangan modern seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga, para petani Purbadana terus beradaptasi dengan bimbingan dari penyuluh pertanian lapangan.
Geliat UMKM Pangan Olahan
Sebagai turunan dari melimpahnya hasil pertanian, geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor pangan olahan mulai menunjukkan potensinya di Desa Purbadana. Para ibu rumah tangga dan kelompok wanita tani (KWT) secara kreatif mengolah hasil bumi menjadi produk bernilai tambah. Berbagai jenis makanan ringan (camilan) tradisional, kue basah, hingga olahan lainnya diproduksi dalam skala rumahan.
Meskipun belum menjadi industri besar, keberadaan UMKM ini sangat vital. Ia menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga, menyerap tenaga kerja lokal, dan yang terpenting, menciptakan diversifikasi ekonomi sehingga desa tidak hanya bergantung pada hasil pertanian mentah. Potensi ini terus didorong oleh pemerintah desa melalui berbagai pelatihan, mulai dari pengolahan produk, pengemasan (branding), hingga strategi pemasaran.
Kehidupan Sosial dan Budaya Agraris
Kehidupan sosial masyarakat Desa Purbadana sangat lekat dengan budaya agraris. Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan (guyub), dan solidaritas sosial masih sangat dijunjung tinggi. Hal ini tecermin dalam berbagai aktivitas komunal, mulai dari kerja bakti membersihkan saluran irigasi, membantu tetangga saat musim panen, hingga tradisi "rewang" saat ada warga yang menggelar hajatan.
Ritme kehidupan yang selaras dengan musim tanam dan panen juga melahirkan berbagai tradisi dan upacara adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Meskipun sebagian mulai jarang dilakukan, spirit dari tradisi tersebut masih melekat dalam sanubari masyarakat.
Masjid dan mushala menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang utama, tempat warga tidak hanya beribadah tetapi juga bersilaturahmi dan memecahkan masalah bersama melalui musyawarah. Kehidupan yang tenang, damai, dan penuh kebersamaan menjadi ciri khas utama dari interaksi sosial di Desa Purbadana.
Sejarah dan Filosofi Nama "Purbadana"
Nama "Purbadana" memiliki akar yang dalam dari bahasa Sanskerta yang diadopsi ke dalam bahasa Jawa Kuno. Nama ini terdiri dari dua kata: "Purba" dan "Dana".
- Purba berarti kuno, awal, terdahulu, atau asal-usul.
- Dana berarti pemberian, hadiah, atau kekayaan.
Secara filosofis, Purbadana dapat dimaknai sebagai "pemberian dari masa lalu" atau "kekayaan warisan leluhur". Nama ini menyiratkan sebuah pesan bahwa desa ini didirikan di atas tanah yang merupakan anugerah atau pemberian berharga dari para pendahulu. Kekayaan yang dimaksud tidak hanya bersifat materi (tanah yang subur), tetapi juga kekayaan nilai-nilai, tradisi, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Nama ini seolah menjadi pengingat bagi warganya untuk senantiasa menjaga dan mengelola warisan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Menjaga Warisan, Memupuk Masa Depan
Desa Purbadana adalah representasi ideal dari sebuah desa agraris yang tangguh. Di tengah arus modernisasi, ia tetap setia pada jati dirinya sebagai lumbung pangan, menjaga setiap jengkal sawah sebagai warisan berharga. Semangat warganya dalam mengolah hasil bumi menjadi produk kreatif menunjukkan adanya potensi besar untuk diversifikasi ekonomi yang berkelanjutan.
Tantangan utama ke depan adalah bagaimana mempertahankan minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian, serta meningkatkan daya saing produk UMKM lokal di pasar yang lebih luas. Dengan terus menjaga kearifan lokal, memperkuat semangat gotong royong, dan membuka diri terhadap inovasi yang relevan, Desa Purbadana tidak hanya akan terus menjadi penyangga pangan, tetapi juga akan tumbuh menjadi desa yang sejahtera, mandiri, dan berakar kuat pada budayanya.